Padi Polibag, Tanam dan Panen Bisa
Sepanjang Tahun
TANAM PADI: Agus Siswoyo menanam padi menggunakan pot dan
polibag di pekarangan rumah, Jumat (31/10). (suaramerdeka/Hanung)
GROBOGAN, - “Silakan duduk dulu
mas. Saya baru mengolah lahan padi,” kata Agus Siswoyo pada wartawan, Jumat
(31/10).
Mengolah lahan padi?
Padahal Pemuda usia 30 tahun asal Dusun Widuri RT 1 RW 7 Desa Cingkrong
Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan ini sedang di pekarangan samping rumah.
Tak ada bajak, pacul atau peralatan lain layaknya petani mengolah tanah sawah.
Hanya cetok yang ada di genggaman untuk memasukkan tanah yang sudah dicampur
kompos ke dalam pot dan polibag. “Pot dan polibag ini untuk media tanam padi.
Hasil panennya bagus lho mas,” kata Agus bersemangat.
Mulailah ia menceritakan
pengalamannya menanam padi menggunakan pot dan polibag semenjak tahun 2009.
Pada mulanya, hanya sebatas ujicoba sekaligus untuk mengetahui karakter
varietas padi. Namun melihat hasilnya yang luar biasa, Agus kemudian menanam
padi di ratusan polibag. Total sudah ratusan varietas yang pernah ia tanam
hingga panen. Mulai dari ciherang, mugibat, logawa, sri jaya, merah 85,
ciliwung bangkok hingga parikesit.
Agus tak sembarangan
menilai bagus hasil panenanya. Ia menghitung detil berapa gram padi yang dihasilkan.
Satu polibag, sebaiknya ditanami satu bulir atau batang padi. Hal itu berkaitan
dengan keterbatasan asupan makanan yang tersedia. Lebih dari satu batang pun
bisa, namun hasilnya tak akan maksimal.
Misalnya satu bulir
padi varietas inpari 10, akan menghasilkan 82 anakan. Padahal kalau di lahan
persawahan paling banter hanya 50 anakan. Dari jumlah anakan itu akan muncul
sekitar 58 malai (batang padi). Jika dipanen bisa mencapai 120 gram gabah
kering panen. Artinya hasil panen bisa dua hingga tiga kali lipat dari lahan
persawahan. “Jadi pekarangan tak hanya bisa ditanami sayur atau buah. Segala
makanan pokok sebenarnya bisa. Tanam padi tidak harus punya sawah,” ujar pemuda
lulusan Jurusan Teknik Elektronika Industri SMK 7 Semarang yang keranjingan uji
coba bidang pertanian ini.
Soal biaya,
dipastikan murah meriah. Harga pot berdiameter 30-35 cm hanya Rp 5 ribuan.
Polibag lebih murah lagi, Rp 5 ribu untuk 1 kg yang berisi 50 plastik. Tanah
dan kompos bisa mengolah sendiri atau membeli dengan harga kisaran Rp 10
ribu/karung. Jika dikalkulasi dengan pupuknya, per polibag hanya membutuhkan
biaya Rp 8 ribu mulai dari tanam hingga panen. Soal hama , tentu lebih minim. Lantaran media sudah
steril. Paling hanya burung pemakan biji yang jadi ancaman. Hanya, yang perlu
diperhatikan adalah metode penyiramannya.
Terpisah Kepala Dinas
Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (Dinpertan TPH) Grobogan Edhie
Sudaryanto mengatakan sudah ada beberapa masyarakat yang mempraktekan hal
tersebut. Tanam padi dengan sistem polibag tidak mengenal musim. Tiap bulan
tanam pun bisa. Artinya, mau panen tiap bulan juga bisa. Tinggal diatur masa
tanamnya. “Semakin banyak yang menanam tanaman pangan, buah, sayuran di
pekarangan maka ketahanan pangan akan semakin meningkat. Dinas mendukung
inovasi dan kreatifitas masyarakat,” kata Edhie.
(Hanung Soekendro/CN34/SM Network, suaramerdeka.com)
0 komentar:
Post a Comment